Bagi saya, survei SMRC dan Rubrik "Aiman Kompas TV" merupakan dua jalan untuk membuat Framing bersama bahwa siapa pun yang berkeinginan dengan Khilafah-nya itu prilaku Jahat. Indikasi yang diarahkan tentu ke arah ISIS.
Anehnya Framing jahat dalam makna Khilafah itu tak pernah adil sebagaimana framing kepada Demokrasi dan Kapitalisme. Framing yang dibentuk didasarkan "bukti sedikit" untuk "menghukumi" dengan cara "persekusi" massal.
"Pembuat hoax terbaik adalah penguasa," begitu pesan Rocky Gerung (Akademisi UI) dalam sebuah acara ILC TV One. Sampaian beliau benar adanya. Pemerintah membuat framing, alasan, dinamika dan segala sesuatu untuk membenarkan opini yang terlanjur digelindingkan. Termasuk dalam hal ini, kriminalisasi ulama, aktivis dan hizbut tahrir.
Untuk membuktikan anggapan bahwa HTI itu berkonsep sama dengan Khilafah-nya ISIS, maka survey dan framing dihadirkan untuk mendukung opini penguasa. Opini ini diangkat bisa jadi untuk pengalihan kasus dan langkah pemerintah yang dzhalim kepada rakyat. Alhasil, semua dibuat seakan-akan benar adanya. HTI sama dengan ISIS. Begitulah, framing yang dibentuk.
Semenjak ISIS mendeklarasikan diri menjadi "khilafah", HTI telah paling kencang melakukan penolakan. Wajar bila selama ini, HTI terus menyanggah kepentingan Khilafah ala ISIS dan penyematan buruk makna khilafah yang dikaitkan dengan ISIS. Sebab memang pada dasarnya Khilafah adalah ajaran islam.
SMRC dan Kompas TV serta media dan alat survey lainnya, justru telah menjatuhkan kredibilitas keadilan dan netralitas sesungguhnya. Pantas saja, media mainstream sudah ditinggalkan, berganti dengan kepercayaan publik terhadap broadcast dan aktivitas opini di sosial media. Lamban laun, pangsa pasar media cetak dan elektronik terhadap pemberitaan akan menjadi sebuah duka, tatkala masyarakat sudah semakin sadar tentang kepentingan media.
Beralih-lah ke Islam
Masyarakat yang semakin ke sini menyadari, selama ini ada yang salah dengan media mainstream. Khususnya citra ummat islam dan ajaran islam itu sendiri. Maka wajar bila banyak timbul gerakan boikot televisi dan media tertentu. Atau ini menambah alasan bagi kebanyakan orang untuk tidak menonton televisi.
Semangat ummat akhirnya justru menyadari penuh bahwa islam dan ajarannya, serta pelaku perjuangannya adalah sesuatu yang dibela. Maka wajar aksi 411 dan 212, serta beberapa aksi berikutnya diikuti dengan massa yang tak sedikit. Semua itu, alasannya hanyak untuk pembelaan terhadap islam. Meskipun berkali-kali framing media menghadirkan cuplikan dan alasan buruk agar jangan datang pada aksi-aksi tersebut.
Kita harus sadar, seberapa besar pun keberanian kita untuk melawan islam dan opini kebenaran, itu tak akan mampu untuk menghadang kebenaran dan keadilan yang akan tiba. Dan perlu dicatat bahwa bagi ummat dan tokoh islam, selama masih ada alasan takut kepada Allah SWT, sesungguhnya nilai-nilai perjuangan itu tak bisa dipatahkan atau dikalahkan.
Rizqi Awal
- Pengamat Sosial Media, Citizen Journalist -
Anehnya Framing jahat dalam makna Khilafah itu tak pernah adil sebagaimana framing kepada Demokrasi dan Kapitalisme. Framing yang dibentuk didasarkan "bukti sedikit" untuk "menghukumi" dengan cara "persekusi" massal.
"Pembuat hoax terbaik adalah penguasa," begitu pesan Rocky Gerung (Akademisi UI) dalam sebuah acara ILC TV One. Sampaian beliau benar adanya. Pemerintah membuat framing, alasan, dinamika dan segala sesuatu untuk membenarkan opini yang terlanjur digelindingkan. Termasuk dalam hal ini, kriminalisasi ulama, aktivis dan hizbut tahrir.
Untuk membuktikan anggapan bahwa HTI itu berkonsep sama dengan Khilafah-nya ISIS, maka survey dan framing dihadirkan untuk mendukung opini penguasa. Opini ini diangkat bisa jadi untuk pengalihan kasus dan langkah pemerintah yang dzhalim kepada rakyat. Alhasil, semua dibuat seakan-akan benar adanya. HTI sama dengan ISIS. Begitulah, framing yang dibentuk.
Semenjak ISIS mendeklarasikan diri menjadi "khilafah", HTI telah paling kencang melakukan penolakan. Wajar bila selama ini, HTI terus menyanggah kepentingan Khilafah ala ISIS dan penyematan buruk makna khilafah yang dikaitkan dengan ISIS. Sebab memang pada dasarnya Khilafah adalah ajaran islam.
SMRC dan Kompas TV serta media dan alat survey lainnya, justru telah menjatuhkan kredibilitas keadilan dan netralitas sesungguhnya. Pantas saja, media mainstream sudah ditinggalkan, berganti dengan kepercayaan publik terhadap broadcast dan aktivitas opini di sosial media. Lamban laun, pangsa pasar media cetak dan elektronik terhadap pemberitaan akan menjadi sebuah duka, tatkala masyarakat sudah semakin sadar tentang kepentingan media.
Beralih-lah ke Islam
Masyarakat yang semakin ke sini menyadari, selama ini ada yang salah dengan media mainstream. Khususnya citra ummat islam dan ajaran islam itu sendiri. Maka wajar bila banyak timbul gerakan boikot televisi dan media tertentu. Atau ini menambah alasan bagi kebanyakan orang untuk tidak menonton televisi.
Semangat ummat akhirnya justru menyadari penuh bahwa islam dan ajarannya, serta pelaku perjuangannya adalah sesuatu yang dibela. Maka wajar aksi 411 dan 212, serta beberapa aksi berikutnya diikuti dengan massa yang tak sedikit. Semua itu, alasannya hanyak untuk pembelaan terhadap islam. Meskipun berkali-kali framing media menghadirkan cuplikan dan alasan buruk agar jangan datang pada aksi-aksi tersebut.
Kita harus sadar, seberapa besar pun keberanian kita untuk melawan islam dan opini kebenaran, itu tak akan mampu untuk menghadang kebenaran dan keadilan yang akan tiba. Dan perlu dicatat bahwa bagi ummat dan tokoh islam, selama masih ada alasan takut kepada Allah SWT, sesungguhnya nilai-nilai perjuangan itu tak bisa dipatahkan atau dikalahkan.
Rizqi Awal
- Pengamat Sosial Media, Citizen Journalist -
Post a Comment